Labels

Selasa, 09 Oktober 2012

Aku, Aris dan Anis

oleh: M. Arifuddin

Hari itu hari kamis
Lagit cerah padahal gerimis
Aku mengantar temanku ‘Aris’
Tuk melamar seorang gadis yang tinggal di jalan Manggis.
Aku dan Aris berbaju gamis
Serata bercelana hitam yang disetrika hingga bergaris.
 “siapa sich calonmu ris?” tanyaku pesimis.                                           
Sebab aku akan melamar Anis,
anak pak Broto yang juga tinggal di jalan Manggis.
“namanya Anis” kata Aris optimis.
Sepontan saja aku kaget, bahkan hampir menaggis.
“siapa sich calonmu ris?” Tanyaku lagi dengan optimis.
“namanya Anis” kata Aris sambil tersenyum manis.
GLEK.. tiba-tiba badanku merinding seperti bertemu pembunuh berdarah iblis.
Ingin kubertanya untuk yang ke tiga kali, tapi keburu kutepis lantaran dadaku kembang-kempis.
Jalan manggis tak jauh dari tempatku dan aris,
Tapi tubuhku lunglai seperti baru tertikam keris, padahal kami naik minibis.
Kucoba tuk bersabar dan optimis ketika kami sampai di rumah pak Broto, persis!.
Rumah pak Broto indah dan setrategis.
Di depan ruah tampak palem botol apik berbaris,
serta sebuah kolam yang dihuni ikan nila dan burung belibis
yang di atasnya membentang jembatan yang melengkung laksana pelangi, simetris.
“wow eksotis” kataku , menghibur hati yang teriris.
***********
Hari ini hari ahad, bukan hari kamis.
Langit cerah tapi hatiku gerimis.
Sambil menyeruput secangkir kopi manis,
Kubaca surat undangan pernikahan Aris dan Anis.
Ingin sekali kurobek surat itu dengan bengis,
tapi itu harus kutepis demi kebaikan Aku dan Aris.
Wajah miris dan senyum sinis kukikis dengan beristigfar dan tersenyum manis
 di hari bahagia Aris dan Anis.
Ketika itu aku hanya mencoba tersenyum manis, sekalipun hatiku meringis.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar