Labels

Selasa, 30 Oktober 2012

kenapa aku harus menikah denganmu


“aku ingin bersamamu dalam naungan ilmu menggapai ridho Allah yang mulia”

sebuah kisah yang harus kita selami maknanya…..
Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pertanyaan ke-2
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pertanyaan ke-3
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Safari da’wah



Rabu, (25-27/10) Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Surabaya melakukan safari da’wah ke Malang selatan, tepatnya di Dusun Sumber Belimbing, Desa Purwodadi, kec. Donomulyo dalam rangka tebar kurban. Pada kegiatan ini STAIL bekerjasama dengan BMH Malang.
 Bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi ceramah Idul Fitri, Baksos dan Ceramah keislaman oleh mahasiswa STAIL Surabaya. Dalam ceramah ini menyampaikan tentang pentingnya iman yang tangguh untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan di akahirat.
Acara ini diikuti oleh 25 orang mahasiswa dan dilepas langsung oleh Ust, Adbul Kholiq Lc, M.H.I selaku ketua STAIL di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, acara ini bertemakan “pererat persaudaraan dengan berkurban” dengan harapan melalui berkurban jalinan persaudaraan antara Dusun Belimbing dan STAIL Surabaya semakin langgeng.*M. Arifuddin/BEM STAIL Surabaya.

Jumat, 12 Oktober 2012

MENAPAKI JEJAK SANG FENOMENAL

            Judul Buku         :  Mencetak Kader
            Penulis                 :  Manshur Salbu
            Penerbit               :  Hidayatullah Publishing
            Edisi                     :  Cet-1, Juni 2009
Tebal                    :  xiii + 360 Halaman
Peresensi             :  Mustavidah M. Salbu


        Janji dan tekad untuk terus berdakwah tidak pernah berhenti bergetar merangsang seluruh persendian dan tidak pernah terhapus sedikitpun dari memorinya. Sebagai tindakan awal yang ia lakukan adalah memprakarsai sebuah pengganyangan judi secara besar-besaran di kota Makassar yang mengakibatkan ia dikejar-kejar oleh penanggung jawab keamanan di kota besar Makassar. Sebab dianggap melakukan tindakan mengacaukan kota tanpa persetujuan dari aparat keamanan.
                 Pemuda  tanpa rasa rasa takut itu adalah Muhsin Kahar yang akhirnya berganti nama menjadi Abdullah Said. Selanjutnya, bersama kawan-kawan yang setia mendampinginya, Abdullah Said mendirikan sebuah Pesantren Hidayatullah. Cita-cita yang sempat membuatnya dianggap penghayal agung. Namun, mampu diwujudkannya dalam sebuah karya nyata yang masih eksis hingga sekarang. Lembaga yang memiliki empat dimensi. Yakni, lembaga pendidikan, sosial, dakwah dan perjuangan.
                 Semua berangkat dari sebuah pemikiran brilian seorang Abdullah Said, kiai pioner yang mampu berpikir besar di dalam suasana yang terbatas. Pribadi yang bisa membawakan ide-ide perubahan dalam pergaulan yang lebih luas, termasuk dengan pejabat maupun kalangan masyarakat biasa. Dari hasil pemikirannya yang cemerlang itu pulalah ia mampu menghasilkan konsep (metode) dakwah (pola perjuangan) yang diistilahkan dengan Sistematika Wahyu. Konsep ini digali dari kronologi turunnya wahyu yang dikaitkan dengan sirah nabawiyyah. Konsep inilah yang kemudian dijadikan manhaj/pijakan gerakan dakwah Hidayatullah. 

Kisah Seorang Ibu dan Anak

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibuku menjalankan sebuah toko kecil pada sebuah pasar.
Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual, apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal yang memalukan.
Pada suatu hari di sekolah. Aku ingat saat itu hari ketika ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepadaku? Aku melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di sekolah.. “Ibumu hanya memiliki satu mata?” dan mereka semua mengejekku.
Aku berharap ibuku hilang dari dunia ini maka aku berkata kepada ibu aku,”Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?” Ibu tidak menjawab. Aku merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang sama, rasanya sangat baik bahwa aku telah mengatakan apa yang telah ingin aku katakan selama ini.
Mungkin itu karena ibu tidak menghukum aku, tetapi aku tidak berpikir bahwa aku telah sangat melukai perasaannya.
Malam itu, Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku menangis disana, dengan pelan, seakan ia takut bahwa ia akan membangunkanku. Aku melihatnya, dan pergi. Karena perkataanku sebelumnya kepadanya, ada sesuatu yang mencubit hati aku.

Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri China

Sebuah kisah yang mengharukan dan bisa juga sebagai teladan untuk anak-anak jaman sekarang, seorang anak yang dengan tekun merawat ayahnya yang sakit. Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.



Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati. Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.

Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.

Kamis, 11 Oktober 2012

Notebook obat ngantuk


Oleh: M. Arifuddin

                Ironi melihat realita saat ini notebook bukan lagi menjadi bahan penunjang kelangsungan peroses belajar mengajar. Pasalnya hampir 85% dari pelajar yang membawa notebook ke ruang kelas ketika pelajaran sedang berlangsung mereka menggunakannya untuk berfacebook ria ketimbang membuka pelajaran yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang berlangsung dan hampir kebanyakan dari mereka membawa notebook dengan alasan untuk menghilangkan rasa ngantuk, sungguh alasan yang membuat hati menjadi miris. Apakah karena pendidik kita kurang kereatif dalam mengajar ataukah disebabkan lebih sibuk dengan urusan-urusan yang tidak penting dan dibuat menjadi penting.
   Hal ini semakin mencuat ketika para pelajar yang sering membawa notebook ke ruang kelas  tidak bisa menjawab pertanyaan dari pelajaran yang telah diterangakan oleh pendidik dan sungguh ironinya lagi ketika para pendidik bahkan pemerintah lebih ‘suka’ berfacebook ria dan atau bertwiter ria ketimbang melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Tentunya kebiasaan ini sungguh amat sangat memprihatinkan. Karena pelajar yang unggul akan dihasilkan tentu dengan pendidik yang unggul pula, bukan pendidik yang facebooker. Begitupula Negara maju itu bisa terlihat dari kinerja para pemerintahnya, tentunya bukan pemerintah yang lebih doyan beriskusi dengan ‘Bu Maya’ (dunia maya) untuk melakukan perbuatan yang sia-sia dan alangkah mirisnya lagi ketika hal ini sudah menjadi habbit di Negri kita.
Oleh karena itu mari kita manfaatkan fasilitas yang Allah berikan untuk kebaikan pendidikan kita serta kemajuan Negara kita Indonesia.

Selasa, 09 Oktober 2012

Aku, Aris dan Anis

oleh: M. Arifuddin

Hari itu hari kamis
Lagit cerah padahal gerimis
Aku mengantar temanku ‘Aris’
Tuk melamar seorang gadis yang tinggal di jalan Manggis.
Aku dan Aris berbaju gamis
Serata bercelana hitam yang disetrika hingga bergaris.
 “siapa sich calonmu ris?” tanyaku pesimis.                                           
Sebab aku akan melamar Anis,
anak pak Broto yang juga tinggal di jalan Manggis.
“namanya Anis” kata Aris optimis.
Sepontan saja aku kaget, bahkan hampir menaggis.
“siapa sich calonmu ris?” Tanyaku lagi dengan optimis.
“namanya Anis” kata Aris sambil tersenyum manis.
GLEK.. tiba-tiba badanku merinding seperti bertemu pembunuh berdarah iblis.
Ingin kubertanya untuk yang ke tiga kali, tapi keburu kutepis lantaran dadaku kembang-kempis.
Jalan manggis tak jauh dari tempatku dan aris,
Tapi tubuhku lunglai seperti baru tertikam keris, padahal kami naik minibis.
Kucoba tuk bersabar dan optimis ketika kami sampai di rumah pak Broto, persis!.
Rumah pak Broto indah dan setrategis.
Di depan ruah tampak palem botol apik berbaris,
serta sebuah kolam yang dihuni ikan nila dan burung belibis
yang di atasnya membentang jembatan yang melengkung laksana pelangi, simetris.
“wow eksotis” kataku , menghibur hati yang teriris.
***********
Hari ini hari ahad, bukan hari kamis.
Langit cerah tapi hatiku gerimis.
Sambil menyeruput secangkir kopi manis,
Kubaca surat undangan pernikahan Aris dan Anis.
Ingin sekali kurobek surat itu dengan bengis,
tapi itu harus kutepis demi kebaikan Aku dan Aris.
Wajah miris dan senyum sinis kukikis dengan beristigfar dan tersenyum manis
 di hari bahagia Aris dan Anis.
Ketika itu aku hanya mencoba tersenyum manis, sekalipun hatiku meringis.