Labels

Jumat, 26 April 2013

Kekurangan Bukan Penghalang




Oleh M. Arifuddin*
"Pengembangan dimulai pada saat kita mulai menerima kekurangan kita" – Jean Vanier
            Banyak orang yang cacat, tetapi mereka berhasil membuktikan bahwa kekurangan bukanlah penghalanga untuk sukses. Salah satunya adalah Hee Ah Lee, pianis Korea berbakat kelahiran tahun 1985. Ia terlahir hanya memiliki 4 jari, masing-masing 2 jari pada tangan kiri dan 2 jari pada tangan kanannya. Ia menderita lobster claw syndrome, jari yang bengkok menyerupai lobster.
            Keterbatasan fisik tidak menyurutkan langkah Hee Ah Lee berkarya di dunia musik. Meski hanya memiliki empat jari berbentuk capit kepiting. Hee Ah Lee piawai memainkan lagu-lagu komponis dunia. Sewaktu Hee Ah Lee duduk di bangku TK, ibunya memutuskan agar ia belajar piano supaya jari-jarinya kuat dan dapat memegang pensil untuk menulis. Awalnya ketika baru 3 bulan belajar, ia dikeluarkan karena guru sekolahnya tak sanggup mengajarnya. Tapi perjuangan ibunya dan Hee Ah Lee membuahkan hasil. Satu tahun kemudian, ia sudah menunjukan kebolehannya dengan memenangkan kejuaraan piano di TK-nya. Prestasi itu diikuti dengan kemenangannya sebagai juara pertama piano untuk anak-anak cacat di usianya yang ke-7. Presiden Korea sendiri yang memberi penghargaan tersebut. Kini, Hee Ah Lee telah menggelar ratusan konser di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kemampuannya bermain piano tidak kalah dibanding mereka yang berjari lengkap. Empat jari berbentuk capit kepiting itu bahkan tidak menghalangi untuk memainkan karya-karya musisi legendaris seperti Chopin, Beethoven, dan Mozart.
Tak jauh dari kita, di Indonesia ada Ucok Baba. Seorang artis dan komedian yang tenar dengan kekocakannya serta tubuhnya yang mungil, adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara yang terlahir dengan tubuh paling kecil (cebol). Padahal, orang tua dan saudara-saudaranya memiliki postur tubuh yang normal. Tak ayal, Ucok sering minder. Dia lebih suka berada di rumah. Karena bila main di luar dia sering mendapat cemoohan dari teman-temannya.
Karena tak betah tinggal di kampung, Ucok Baba akhirnya memutuskan untuk hijrah ke jakarta pada 1990 dengan berbekal uang Rp. 7.500,-. Berkat usaha dan Bakat yang dimilikinya, akhirnya Ucok Baba bisa menjadi artis terkenal dengan kepiawaiannya yang sangat unik. Andai saja Ucok Baba tidak mau berusaha untuk bangkit dari kekuranganya dan terus bersembunyi di dalam rumah lantaran tubuhnya yang cebol. Pasti ia tidak akan pernah menjadi Ucok Baba saat ini.
Mempunyai kekurangan fisik bukan berarti tidak memiliki masa depan. Prinsip ini yang mungkin digunakan seorang pianis empat jari Hee Ah Lee dan artis sekaligus pelawak Ucok Baba untuk menapaki kariernya di dunia entertaiment.

Hee Ah Lee dan Ucok Baba adalah sebagian kecil dari sekian banyaknya orang-orang cacat yang sukses, laksana gunung es yang terlihat hanya puncaknya saja. Lantas, amat sangat ironi, jika kita yang memiliki anggota tubuh yang sempurna (normal) masih merasa minder untuk melakukan sesuatu, demi menggapainya sebuah kesuksesan. Bukankah telah dijelaskan di dalam al-qur’an, “Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupanya” (QS. Al-Baqarah: 286). jadi tidak ada yang tidak mungkin, selagi kita masih mempunyai kemauan dan usaha, penuh ketekunan dan pantang menyerah dalam menggapai mimpi.
“Kekurangan bukanlah penghalang meraih sebuah kesuksesan, Jangan batasi pikiran dan kemampuan Anda dengan kekurangan diri. Bila kita melangkah dan berusaha disertai iman kepada Allah, percayalah bahwa tak ada yang tak mungkin.”­­­ – Anne Ahira



Senin, 18 Februari 2013

Indahnya Kejujuran


 Oleh *M. Arifuddin
Seorang sopir taksi Singapura dipuji sebagai pahlawan setelah ia mengembalikan uang senilai 1,1 juta dolar Singapura (sekitar Rp8,6 miliar) dalam bentuk tunai kepada pasangan Thailand yang sedang berlibur dan meninggalkan uang dalam taksinya.
Sia Ka Tian (70) terkejut menemukan uang dalam kantong kertas hitam di kursi belakang taksinya setelah ia menurunkan pasangan tersebut di sebuah pusat perbelanjaan.
Namun ketika ia membawa uang itu ke kantor perusahaan transportasi ComfortDelGro kantor perusahaan tempat ia bekerja, rekannya yang merasa kaget menghitung bahwa jumlahnya sebesar 1,1 juta dolar Singapura (sekitar Rp8,6 miliar) dalam lembaran ribuan dolar.
“Uang itu tidak penting bagi saya. Itu bukan milik saya, jadi bagaimana saya bisa menggunakannya?,” katanya kepada surat kabar.
Dari kejadian itu, Sia menerima hadiah uang tunai dengan jumlah yang dirahasiakan dari pasangan tersebut, yang tidak disebutkan namanya, dan pihak perusahaan juga berencana untuk memberikannya sebuah penghargaan atas layanan kinerjanya yang bagus.
Dari kisah di atas kita mendapat sebuah pelajaran yang amat sangat berharga, pasalnya kejujuran itu tidak akan pernah tumbuh jika kita tidak membiasakannya hadir pada diri kita. Cobalah kita bayangkan jika sifat jujur sudah menjadi hal yang langka, maka setiap orang akan saling curiga terhadap orang-orang di sekitarnya. Tapi sungguh ironi jika melihat realita saat ini, kejujuran sudah menjadi barang langka di negri kita. Bahkan, orang jujur akan mendapat cela dari orang-orang di sekitarnya. Namun sebaliknya, orang-orang pendusta malah menjadi public pigur di negri kita. Padahal kejujuran adalah salah satu nilai jual kita untuk bisa masuk ke surga.

Secarik Pesan dari Anak Ayam


Oleh:*M.arifuddin
Sore itu aku berdiri di belakang rumah saya, tiba-tiba saya melihat ada seokor induk ayam dan tiga ekor anaknya yang mencoba memanjat sebuah pohon Akasia yang  berada persis di depanku. Untuk memudahkan ayam itu memanjat ke pohon tersebut, Bapakku membuatkan tangga dari sebatang pohon untuk ayam tersebut.
Singkat cerita induk ayam itupun lebih dulu memanjat ke pohon tersebut, kemudian disusul dengan ketiga anaknya. Anak ayam pertama bisa melewati tangga tersebut dengan selamat, padahal di bawah tangga tersebut ada parit atau selokan yang sedang penuh dengan air. Kemudian giliran anak ayam yang kedua. Ketika itu aku melihat anak ayam ini terlihat pesimis, pasalnya ia berhenti di tengah-tengah tangga tersebut dan selalu memandang ke selokan yang ada di bawahnya. Di tengah ketegangan yang dialami oleh ayam kedua, tiba-tiba anak ayam yang ketiga datang menyusul untuk melewati tangga tersebut. Tanpa memperdulikan ayam yang kedua, ayam ketiga menjoba melompatin ayam yang kedua ini lantaran menghalangi langkahnya, dengan tujuan agar ia sampai lebih cepat. Tapi diluar perkiraan ayam yang ketiga, ia jatuh tepat di atas ayam yang kedua, sehingga membuat kedua ayam itu terjatuh ke selokan.
Ketika itu timbul rasa iba di hatiku untuk menolong kedua ayam itu, tapi hal itu aku urungkan, karena aku melihat ayam tersebut dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan berenang ke tepi selokan. Saat itu aku berfikir kalau ayam tersebut tidak akan lagi memanjat pohon Akasia itu, karena mereka sudah kecebur kedalam selokan. Tapi di luar prediksiku, ternyata kedua anak ayam tadi kembali memanjat pohon tersebut melalui tangga yang sama. Alhamdulillah kali ini kedua ayam tersebut selamat sampai ke salah salah satu dahan pohon yang di sana sang induk bertengger.

Kamis, 07 Februari 2013

Aku Bukan Untukmu


Oleh: Ghifari*

Hari itu langit terlihat meringis lantaran gerimis selalu metetes, laksana butiran-butiran keristal bening yang berhambur dari gumpalan awan yang lagi cemberut dengan wajah muram keabu-abuan. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatku untuk menuntut ilmu di salah satu Universitas swasta di kotaku. Tapi tiba-tiba HPku berdering hingga menbuyarkan wirid pagiku yang tinggal satu lembar lagi.
“Kringg.. kringg.. kringg..” (telpon bordering)
“Maaf.., ini siapa yach?..” seraya menggaruk kepala.
“Ini Nisa.., kak” kata suara disebrang sana.
“Begini kak, aku ingin menayakan suatu hal yang amat serius buat kaka dan kak Niar” sambung orang di sebrang sana..
“Apa itu dik?..” tanyaku penasaran seraya memfokuskan pendengaranku.
“Apakah kaka siap untuk menjadikan kak Niar sebagai pendamping hidup kaka dalam waktu dekat ini, karena ka’ Niar tidak ingin hubungan kaka dan ka’ Niar berlarut-larut tanpa ada kejelasan” kata Nisa dengan tegas.

Minggu, 13 Januari 2013

Musabaqah Tahfidzul Qur’an


            STAI Luqman Al-Hakim Surabaya menggelar musabaqah tahfidzul qur’an tingkat SMP/MTs  Islam seSurabya Raya  dengan tema “Mulia dengan Al-Qur’an melalui tahfidzul Qur’an Juz 30” di masjid Aqshal Madinah Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya pada Ahad (13/01/13). Acara ini dibuka langsung oleh Ust. Faishal Haq M.Pd. I selaku PK II STAIL Surabaya, serta dihadiri langsung oleh Ust. Nurfuad MA selaku ketua yayasan PonPes Hidayatullah Surabaya, Ust. Zainun Naseh selaku kepala Biro Al-Quran PonPes Hidayatullah dan Ust. Mustafa Kamal selaku imam besar masjid Prum. Marina Emas Surabaya. Adapun acara ini bertujuan untuk membudayakan mengahafal Al-Qur’an sejak dini.*M.Arifuddin/API (Asosiasi Penulis Islam) Surabaya

Rabu, 02 Januari 2013

4 my brother n sister in gaza


Oleh: M. Arifuddin 
Aku bukanlah sastrawan,
Yang bisa membangkitkan semangat juang.
Aku bukanlah pendekar,
Yang punya otot yang kekar.
Aku bukanlah raja,
Yang punya banyak tentara.
Aku bukanlah pengusaha,
Yang punya banyak harta.
Tapi kupunya do’a.
Untuk saudara-saudariku yang teraniyaya di Gaza.

Belajar Dari Alam


Oleh: M. Arifuddin
Dalam menjalani hidup ini ada dua pilihan, hidup dengan biasa-biasa saja atau hidup dengan keajaiban-keajaiban. Orang yang selalu mengejar impian, pastilah ia akan terpeleset bahkan mungkin terjatuh. Sedangkan orang yang hanya duduk santai, ia takkan terpeleset dan tejatuh.  Tapi ia pasti tertinggal.
Dalam mengarungi hidup ini, kerap kali kita menemukan aral dan rintangan ketika kita ingin menggapai sebuah kesuksesan. Karena mengapai kesuksesan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Tapi untuk menggapai kesuksesan perlu adanya usaha, pengorbanan dan ilmu pengetahuan.