Labels

Selasa, 15 April 2014

Keajaiban Do’a Ibu



Oleh: M. Arifduddin
Ketika itu saya masaih duduk di kelas lima MI (Madrasah Ibtidaiyyah), tepatnya pada tahun 2012. Saya memiliki adik laki-laki yang masih berusia lima tahun dan saat itu orang tua saya sibuk dengan pekerjaan mereka. Sehingga saya dan adik saya tinggal di rumah bersama kakak-kakak saya. Waktu itu bapak saya pulangnya sepekan sekali dan kebetulan ibu saya ada keperluan di luar kota untuk beberapa hari.
Suatu hari tanpa sepengetahuan kami, adik saya memain-mainkan paku pines atau paku tindis dan memasukkan paku tersebut kedalam hidungnya.  Dan tanpa sengaja paku tersebut terhirup olehnya saat  ia bernafas dan ia tidak bisa menggeluarkanya. Karena merasa sakit, ia pun bercerita kepada kakak saya kalau di hidungnya ada paku pines. Tapi ketika itu kakak saya tidak percaya, karena ketika diperiksa olehnya, kakak saya tidak menemukan paku tersebut.
Singkat cerita adik saya pun mengadu kepada saya kalau di hidungnya ada paku pines. Akan tetapi ketika saya memeriksanya, saya tidak menemukan paku tersebut. Saya pun berfikir kalau dia berbohong dan saya pun tidak menghiraukan adauannya lagi.
Beberapa hari kemudian, Bapak saya pulang dari pekerjaanya dan adik saya pun bercerita kepada Bapak saya kalau di hidungnya ada paku pines. Bapak saya pun memeriksa hidung adik saya dan beliau tidak menemukan paku tersebut.

Senin, 24 Februari 2014

STUDY REKREATIF



SD Integral Luqman Al-Hakim Ngawi melakukan kunjungan ke benteng Van Den Boach, Ngawi. Yang merupakan peninggalan sejarah, sekaligus bermain-main dengan lumba-lumba (22/02/2014). Acara ini diikuti oleh 156 siswa dan diawali dengan murojaah hafalan QS. An-Nas sampai Al-Balad yang dipimpin oleh Ust, Suratno, S. Pd.*M. Arifuddin/Asosiasi Penulis Islam

Rabu, 29 Januari 2014

Menguji Janji Allah



Oleh M.Arifuddin*
Hari itu bertepatan hari Jum’at saya berkeinginan untuk menguji tentang ayat Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat: 261, yang menjelaskan bahwa “Allah akan melipat gandakan infak seseorang di jalan Allah seperti benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada setiap tangkai ada seratus biji bagi siapa yang Dia kehendakai.” Akhirnya saya putuskan untuk membawa uang sebesar 2000,- rupiah untuk mengisi kotak infak di masjid nanti.
Setiba di masjid saya pun melaksanakan shalat sunnah tahiayatul masjid kemudian mengikuti rangkaian sholat jum’at tersebut. Seperti biasa. Disaat khotib berkhutbah, kotak infak bergeser dari satu jama’ah ke jama’ah yang lain, hingga sampailah di hadapan saya. Akhirnya saya memutuskan untuk memasukkan uang 2000,- rupiah tadi kedalam kotak infak tersebut, kemudian saya geser kotak infak tersebut ke jama’ah yang ada di sebelah saya.
Selang satu hari setengah dari kejadian tadi. Tepatnya pada sabtu malam/ malam minggu, saya memutuskan untuk makan di luar bersama teman-teman saya. Ketika itu saya memesan nasi goreng dan es jeruk yang total semuanya seharga 20.000,- rupiah. Sesudah makan, saya pun ingin membayar makanan saya tadi. Belum sempat saya mengeluarkan uang dari dompet saya, tiba-tiba salah seorang teman saya ternyata sudah membayar makanan kami semua.
Sepulang dari dari makan tadi, timbullah pertanyaan besar dibenak saya. “Ko’ tiba-tiba teman tadi mentraktir saya? Padahal sebelumnya dia tidak pernah mentraktir saya, paling-paling yang diteraktir cuma teman-teman yang dekat sama dia saja,” pikir saya dalam hati. Kemudian selang beberapa saat, saya teringat dengan kejadian Jum’at lalu. “Mungkinkah ini balasan dari Allah yang berkembang menjadi sepuluh kali lipat?” tanyan saya dalam hati.

Senin, 20 Januari 2014

Ilusi Teknologi

oleh M. Arifuddin*

Aku ingin memaki
Kepada ilusi teknologi
Kian hari, kian menggerogoti
Sibuk pada diri sendiri
Tak peduli kanan dan kiri
Kini...!
Dirimu... dirimu
Diriku... diriku
Kita, kami, tak berlaku lagi

Jumat, 26 April 2013

Kekurangan Bukan Penghalang




Oleh M. Arifuddin*
"Pengembangan dimulai pada saat kita mulai menerima kekurangan kita" – Jean Vanier
            Banyak orang yang cacat, tetapi mereka berhasil membuktikan bahwa kekurangan bukanlah penghalanga untuk sukses. Salah satunya adalah Hee Ah Lee, pianis Korea berbakat kelahiran tahun 1985. Ia terlahir hanya memiliki 4 jari, masing-masing 2 jari pada tangan kiri dan 2 jari pada tangan kanannya. Ia menderita lobster claw syndrome, jari yang bengkok menyerupai lobster.
            Keterbatasan fisik tidak menyurutkan langkah Hee Ah Lee berkarya di dunia musik. Meski hanya memiliki empat jari berbentuk capit kepiting. Hee Ah Lee piawai memainkan lagu-lagu komponis dunia. Sewaktu Hee Ah Lee duduk di bangku TK, ibunya memutuskan agar ia belajar piano supaya jari-jarinya kuat dan dapat memegang pensil untuk menulis. Awalnya ketika baru 3 bulan belajar, ia dikeluarkan karena guru sekolahnya tak sanggup mengajarnya. Tapi perjuangan ibunya dan Hee Ah Lee membuahkan hasil. Satu tahun kemudian, ia sudah menunjukan kebolehannya dengan memenangkan kejuaraan piano di TK-nya. Prestasi itu diikuti dengan kemenangannya sebagai juara pertama piano untuk anak-anak cacat di usianya yang ke-7. Presiden Korea sendiri yang memberi penghargaan tersebut. Kini, Hee Ah Lee telah menggelar ratusan konser di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kemampuannya bermain piano tidak kalah dibanding mereka yang berjari lengkap. Empat jari berbentuk capit kepiting itu bahkan tidak menghalangi untuk memainkan karya-karya musisi legendaris seperti Chopin, Beethoven, dan Mozart.
Tak jauh dari kita, di Indonesia ada Ucok Baba. Seorang artis dan komedian yang tenar dengan kekocakannya serta tubuhnya yang mungil, adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara yang terlahir dengan tubuh paling kecil (cebol). Padahal, orang tua dan saudara-saudaranya memiliki postur tubuh yang normal. Tak ayal, Ucok sering minder. Dia lebih suka berada di rumah. Karena bila main di luar dia sering mendapat cemoohan dari teman-temannya.
Karena tak betah tinggal di kampung, Ucok Baba akhirnya memutuskan untuk hijrah ke jakarta pada 1990 dengan berbekal uang Rp. 7.500,-. Berkat usaha dan Bakat yang dimilikinya, akhirnya Ucok Baba bisa menjadi artis terkenal dengan kepiawaiannya yang sangat unik. Andai saja Ucok Baba tidak mau berusaha untuk bangkit dari kekuranganya dan terus bersembunyi di dalam rumah lantaran tubuhnya yang cebol. Pasti ia tidak akan pernah menjadi Ucok Baba saat ini.
Mempunyai kekurangan fisik bukan berarti tidak memiliki masa depan. Prinsip ini yang mungkin digunakan seorang pianis empat jari Hee Ah Lee dan artis sekaligus pelawak Ucok Baba untuk menapaki kariernya di dunia entertaiment.

Hee Ah Lee dan Ucok Baba adalah sebagian kecil dari sekian banyaknya orang-orang cacat yang sukses, laksana gunung es yang terlihat hanya puncaknya saja. Lantas, amat sangat ironi, jika kita yang memiliki anggota tubuh yang sempurna (normal) masih merasa minder untuk melakukan sesuatu, demi menggapainya sebuah kesuksesan. Bukankah telah dijelaskan di dalam al-qur’an, “Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupanya” (QS. Al-Baqarah: 286). jadi tidak ada yang tidak mungkin, selagi kita masih mempunyai kemauan dan usaha, penuh ketekunan dan pantang menyerah dalam menggapai mimpi.
“Kekurangan bukanlah penghalang meraih sebuah kesuksesan, Jangan batasi pikiran dan kemampuan Anda dengan kekurangan diri. Bila kita melangkah dan berusaha disertai iman kepada Allah, percayalah bahwa tak ada yang tak mungkin.”­­­ – Anne Ahira



Senin, 18 Februari 2013

Indahnya Kejujuran


 Oleh *M. Arifuddin
Seorang sopir taksi Singapura dipuji sebagai pahlawan setelah ia mengembalikan uang senilai 1,1 juta dolar Singapura (sekitar Rp8,6 miliar) dalam bentuk tunai kepada pasangan Thailand yang sedang berlibur dan meninggalkan uang dalam taksinya.
Sia Ka Tian (70) terkejut menemukan uang dalam kantong kertas hitam di kursi belakang taksinya setelah ia menurunkan pasangan tersebut di sebuah pusat perbelanjaan.
Namun ketika ia membawa uang itu ke kantor perusahaan transportasi ComfortDelGro kantor perusahaan tempat ia bekerja, rekannya yang merasa kaget menghitung bahwa jumlahnya sebesar 1,1 juta dolar Singapura (sekitar Rp8,6 miliar) dalam lembaran ribuan dolar.
“Uang itu tidak penting bagi saya. Itu bukan milik saya, jadi bagaimana saya bisa menggunakannya?,” katanya kepada surat kabar.
Dari kejadian itu, Sia menerima hadiah uang tunai dengan jumlah yang dirahasiakan dari pasangan tersebut, yang tidak disebutkan namanya, dan pihak perusahaan juga berencana untuk memberikannya sebuah penghargaan atas layanan kinerjanya yang bagus.
Dari kisah di atas kita mendapat sebuah pelajaran yang amat sangat berharga, pasalnya kejujuran itu tidak akan pernah tumbuh jika kita tidak membiasakannya hadir pada diri kita. Cobalah kita bayangkan jika sifat jujur sudah menjadi hal yang langka, maka setiap orang akan saling curiga terhadap orang-orang di sekitarnya. Tapi sungguh ironi jika melihat realita saat ini, kejujuran sudah menjadi barang langka di negri kita. Bahkan, orang jujur akan mendapat cela dari orang-orang di sekitarnya. Namun sebaliknya, orang-orang pendusta malah menjadi public pigur di negri kita. Padahal kejujuran adalah salah satu nilai jual kita untuk bisa masuk ke surga.

Secarik Pesan dari Anak Ayam


Oleh:*M.arifuddin
Sore itu aku berdiri di belakang rumah saya, tiba-tiba saya melihat ada seokor induk ayam dan tiga ekor anaknya yang mencoba memanjat sebuah pohon Akasia yang  berada persis di depanku. Untuk memudahkan ayam itu memanjat ke pohon tersebut, Bapakku membuatkan tangga dari sebatang pohon untuk ayam tersebut.
Singkat cerita induk ayam itupun lebih dulu memanjat ke pohon tersebut, kemudian disusul dengan ketiga anaknya. Anak ayam pertama bisa melewati tangga tersebut dengan selamat, padahal di bawah tangga tersebut ada parit atau selokan yang sedang penuh dengan air. Kemudian giliran anak ayam yang kedua. Ketika itu aku melihat anak ayam ini terlihat pesimis, pasalnya ia berhenti di tengah-tengah tangga tersebut dan selalu memandang ke selokan yang ada di bawahnya. Di tengah ketegangan yang dialami oleh ayam kedua, tiba-tiba anak ayam yang ketiga datang menyusul untuk melewati tangga tersebut. Tanpa memperdulikan ayam yang kedua, ayam ketiga menjoba melompatin ayam yang kedua ini lantaran menghalangi langkahnya, dengan tujuan agar ia sampai lebih cepat. Tapi diluar perkiraan ayam yang ketiga, ia jatuh tepat di atas ayam yang kedua, sehingga membuat kedua ayam itu terjatuh ke selokan.
Ketika itu timbul rasa iba di hatiku untuk menolong kedua ayam itu, tapi hal itu aku urungkan, karena aku melihat ayam tersebut dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan berenang ke tepi selokan. Saat itu aku berfikir kalau ayam tersebut tidak akan lagi memanjat pohon Akasia itu, karena mereka sudah kecebur kedalam selokan. Tapi di luar prediksiku, ternyata kedua anak ayam tadi kembali memanjat pohon tersebut melalui tangga yang sama. Alhamdulillah kali ini kedua ayam tersebut selamat sampai ke salah salah satu dahan pohon yang di sana sang induk bertengger.