oleh: M. Arifuddin
Hari
itu hari kamis
Lagit cerah padahal gerimis
Lagit cerah padahal gerimis
Aku
mengantar temanku ‘Aris’
Tuk
melamar seorang gadis yang tinggal di jalan Manggis.
Aku
dan Aris berbaju gamis
Serata
bercelana hitam yang disetrika hingga bergaris.
“siapa
sich calonmu ris?” tanyaku pesimis.
Sebab
aku akan melamar Anis,
anak
pak Broto yang juga tinggal di jalan Manggis.
“namanya
Anis” kata Aris optimis.
Sepontan
saja aku kaget, bahkan hampir menaggis.
“siapa
sich calonmu ris?” Tanyaku lagi dengan optimis.
“namanya
Anis” kata Aris sambil tersenyum manis.
GLEK..
tiba-tiba badanku merinding seperti bertemu pembunuh berdarah iblis.
Ingin
kubertanya untuk yang ke tiga kali, tapi keburu kutepis lantaran dadaku
kembang-kempis.
Jalan
manggis tak jauh dari tempatku dan aris,
Tapi
tubuhku lunglai seperti baru tertikam keris, padahal kami naik minibis.
Kucoba
tuk bersabar dan optimis ketika kami sampai di rumah pak Broto, persis!.
Rumah
pak Broto indah dan setrategis.
Di
depan ruah tampak palem botol apik berbaris,
serta
sebuah kolam yang dihuni ikan nila dan burung belibis
yang
di atasnya membentang jembatan yang melengkung laksana pelangi, simetris.
“wow
eksotis” kataku , menghibur hati yang teriris.
***********
Hari
ini hari ahad, bukan hari kamis.
Langit
cerah tapi hatiku gerimis.
Sambil
menyeruput secangkir kopi manis,
Kubaca
surat undangan pernikahan Aris dan Anis.
Ingin
sekali kurobek surat itu dengan bengis,
tapi
itu harus kutepis demi kebaikan Aku dan Aris.
Wajah
miris dan senyum sinis kukikis dengan beristigfar dan tersenyum manis
di hari bahagia Aris dan Anis.
Ketika
itu aku hanya mencoba tersenyum manis, sekalipun hatiku meringis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar