Sore itu aku berdiri di belakang rumah saya, tiba-tiba saya melihat ada
seokor induk ayam dan tiga ekor anaknya yang mencoba memanjat sebuah pohon Akasia
yang berada persis di depanku. Untuk
memudahkan ayam itu memanjat ke pohon tersebut, Bapakku membuatkan tangga dari
sebatang pohon untuk ayam tersebut.
Singkat cerita induk ayam itupun lebih dulu memanjat ke pohon tersebut,
kemudian disusul dengan ketiga anaknya. Anak ayam pertama bisa melewati tangga
tersebut dengan selamat, padahal di bawah tangga tersebut ada parit atau
selokan yang sedang penuh dengan air. Kemudian giliran anak ayam yang kedua.
Ketika itu aku melihat anak ayam ini terlihat pesimis, pasalnya ia berhenti di
tengah-tengah tangga tersebut dan selalu memandang ke selokan yang ada di
bawahnya. Di tengah ketegangan yang dialami oleh ayam kedua, tiba-tiba anak
ayam yang ketiga datang menyusul untuk melewati tangga tersebut. Tanpa
memperdulikan ayam yang kedua, ayam ketiga menjoba melompatin ayam yang kedua
ini lantaran menghalangi langkahnya, dengan tujuan agar ia sampai lebih cepat.
Tapi diluar perkiraan ayam yang ketiga, ia jatuh tepat di atas ayam yang kedua,
sehingga membuat kedua ayam itu terjatuh ke selokan.
Ketika itu timbul rasa iba di hatiku untuk menolong kedua ayam itu, tapi
hal itu aku urungkan, karena aku melihat ayam tersebut dapat menyelamatkan
dirinya sendiri dengan berenang ke tepi selokan. Saat itu aku berfikir kalau
ayam tersebut tidak akan lagi memanjat pohon Akasia itu, karena mereka sudah kecebur
kedalam selokan. Tapi di luar prediksiku, ternyata kedua anak ayam tadi kembali
memanjat pohon tersebut melalui tangga yang sama. Alhamdulillah kali ini kedua
ayam tersebut selamat sampai ke salah salah satu dahan pohon yang di sana sang
induk bertengger.
Saat itu azan magrib sudah terdengar, maka aku bergegas untuk mengambil air
wudhu, tiba-tiba aku mendengar ada sesuatu yang terjatuh keselokan. Dengan
terburu-buru aku kembali ke belakang rumah untuk melihatnya, ternyata yang
terjatuh ke air adalah anak ayam yang kedua tadi. Tapi lagi-lagi anak ayam ini
kembali memanjat pohon tersebut, pasalnya ia ingin mencari tempt tidur yang
aman buat dia dari serangan predator.
Sahabatku yang saya cintai karena Allah, mungkin cerita ini terdengar biasa
saja. Tapi cobalah kita kaitkan dengan kehidupan kita di masyarakat. Seringkali
kita merasa pesimis ketika dibenturkan dengan berbagai permasalahan di
masyarakat dan bahkan terkadang kita lari dari tanggung jawab yang diberikan
kepada kitaatau kita tidak peduli sama sekali. Kita juga sering merasa egois
ketika ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Mungkin kita pernah merasa
tidak sabar untuk mengantri ketika membeli tiket di (stasiun, pelabuhan dan
bandara), ketika menanti angkot di terminal, ketika di traffic line atau
mungkin mengantri di WC umum, sehingga kita melakukan berbagai cara agar kita
bisa lebih dulu melewati antrian tersebut. Bahkan terkadang kita tidak peduli,
apakah yang kita lakukan itu halal atau haram?.
Sahabatku, cobalah kita mengambil pelajaran dari cerita anak ayam tadi.
Sekalipun ia jatuh dua kali ke dalam selokan yang penuh dengan air, tetapi ia
tak patah semangat untuk terus memanjat pohon tadi, demi mendapatkan tempat beristirahat
yang lebih aman.
Sahabatku, setiap
orang yang berhasil pasti pernah gagal, tetapi mereka tidak pernah menganggap
dirinya sebagai orang yang gagal. Mantan presiden Amerika
Serikat, Abraham Lincoln misalnya punya daftar panjang kegagalan. Gagal dalam bisnis, berulang kali juga gagal terpilih menjadi anggota kongres dan senat. Hingga pada akhirnya, di tahun 1860 ia terpilih sebagai presiden ke-16 Amerika Serikat dan menjadi salah satu presiden tersukses dalam sejarah negara itu.
Sahabatku, sudah jelas bukan? tidak jadi
masalah, kapan dan di mana Anda
pernah gagal atau berapa banyak
kesalahan yang Anda buat. Saat
menghadapi semua kesulitan, penolakan
dan kegagalan itu, tetaplah
percaya diri dan MENOLAK
menganggap diri sebagai orang yang gagal.
*)Penulis adalah anggota API Surabaya dan tinggal di catatanhikmah16.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar